NAMA : APRILIA MOEHNIKASARI
KELAS : 3EA27
NPM : 19211332
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENGERTIAN
METODE ILMIAH
Metode
ilmiah atau proses ilmiah (bahasa
Inggris: scientific method)
merupakan proses keilmuan
untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti
fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan
serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena
alam.
Prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori
ilmiah.
Unsur utama metode ilmiah adalah
pengulangan empat langkah berikut:
1. Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh
subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses
penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses
atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah
khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam
itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
2.
Prediksi dari hipotesis
Hipotesis
yang berguna akan memungkinkan prediksi
berdasarkan deduksi.
Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen
dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut
dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan
demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa
hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah
diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat
membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi
tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode
yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi
atau teori
baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.
3.
Eksperimen
Setelah
prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen
bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedang diuji tidaklah benar
atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan.
Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh
jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut.
Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan
meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara
mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut
bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang
dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat
berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium
atau ekskavasi
arkeologis.
Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat
dari New York
ke Paris
dalam rangka menguji hipotesis aerodinamisme
yang digunakan untuk membuat pesawat tersebut. Pencatatan yang detail sangatlah
penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan
memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan
juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.